BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Realitas globalisasi dan modernisasi dilengkapi dengan perkembangan
teknologi yang begitu pesatnya, diakui atau tidak telah memberi dampak negatif
yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan dampak positif yang ditimbulkan
terhadap perkembangan para generasi bangsa ini. Tujuan pendidikan Nasional
sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945 adalah sebagai
upaya mencerdaskan generasi-generasi bangsa yang nantinya akan menjadi penerus
perjuangan generasi terdahulu dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia menuju
bangsa yang berbudi luhur dan berkesejahteraan sosial.
Namun demikian, untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana
diamanatkan oleh UUD 1945 diatas, bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk
diraih. Dampak negatif dari globalisasi, modernisasi dan perkembangan teknologi
yang begitu pesatnya terhadap perkembangan generasi-generasi bangsa ini
tentunya bukan merupakan rahasia lagi. Hampir setiap hari masyarakat di seluruh
pelosok Indonesia disuguhi dengan informasi-informasi mengenai pelajar yang
membolos sekolah dan keluyuran di jalanan atau berada di tempat penyewaan PS
(Play Station), pelajar yang terlibat perkelahian, pelajar yang terlibat
perilaku seks bebas, pelajar yang terlibat penyalahgunaan narkoba dan masih
banyak lagi.
Realitas perilaku para pelajar sebagaimana telah digambarkan di atas,
jelas sangat menuntut keterampilan para tenaga pendidik dalam memahami
perkembangan psikologis, kognitif, afektif, dan psikomotorik para pelajar jika
menginginkan para pelajar tersebut tidak gagal di bangku sekolah dan tidak
kehilangan masa depan mereka. Di sinilah pentingnya penguasaan psikologi
pendidikan bagi para tenaga pendidik. Guru dalam menjalankan perannya sebagai
pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai
aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya sehingga dapat
menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat
memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi pengembangan kurikulum?
2.
Bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi program pendidikan?
3.
Bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi sistem pembelajaran?
4.
Bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi sistem evaluasi?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi
pengembangan kurikulum.
2.
Menjelaskan kontribusi pendidikan seperti apa yang mempengeruhi program
pendidikan dan sistem pembelajaran.
3.
Untuk menjelaskan bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi sistem
evaluasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Psikologi
Pendidikan
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam dunia
pendidikan yang meliputi studi
sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan
keefisien di dalam pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan
yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka
jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Prof. Dr. Sudarwan Danim dan Dr. H. Khairil (2010) mengemukakan bahwa
Psikologi pendidikan adalah aplikasi dari Psikologi dan metode psikologis dalam
proses pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa, memahami hereditas
dan lingkungan, perbedaan individual siswa, potendi dan karakteristik tingkah
laku siswa, pengukuran proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, kesehatan mental dan
motivasi serta disiplin lain yang relevan.
Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, (1997), pengajaran adalah
proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala
sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang
dialami atau dilihatnya). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam
menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi
interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses
yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, tidak akan
mungkin dapat dilepaskan dari psikologi. Karena dalam pendidikan berhubungan
erat dengan manusia. Jika kita membicarakan tentang manusia, maka akan banyak
ilmu pengetahuan yang muncul berkaitan dengan eksistensi manusia.
B.
Kontribusi Psikologi
pendidikan bagi pengembangan kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yaitu
curriculae, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu
itu pengertian kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh
oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.
a. Kurikulum
memuat isi dan materi pembelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah ilmu
pengetahuan.
b. Kurikulum
sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah pendidikan yang disediakan untuk
membelajarkan siswa.
c. Kurikulum
sebagai pengalaman belajar. Pengertian ini menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan
kurikulum tidak terbatas dalam ruang saja melainkan mencakup juga
kegiatan-kegiatan diluar kelas.
Pengembangan
kurikulum berlandaskan faktor-faktor sbg berikut :
1. Tujuan
filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan
tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan
tujuan kurikulum suatu pendidikan
2. Social
budaya dan agama yang berlaku dimasyarakat kita
3. Perkembangan
peserta didik, yang menunjukkan pada karakteristik peserta didik
4. Keadaan
lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal),
lingkungan kebudayaan termasuk iptek (cultural), dan lingkungan hidup (bioekologi)
serta lingkungan alam(geoekologis).
5. Kebutuhan
pembangunan yang mencakup kebutuhan pembangunan dibidang ekonomi, kesejahteraan
rakyat, hokum, hankam, dan sebagainya
6. Pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan
kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku
dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang
mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian
terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan
tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan
demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya
memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari
segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta
karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada
setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya,
baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini,
kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang
pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus
memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi,
kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek:
1.
Kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks
2.
Pengalaman belajar siswa
3.
Hasil belajar
4.
Standarisasi kemampuan siswa
C.
Konstribusi Psikologi Pendidikan Bagi Pengembangan Program
Pendidikan
Pendidikan bukan hanya bermaksud mengembangkan individu
sebagai individu, melainkan juga dalam pola kehidupan masyarakat.
Salah satu cara yang patut ditempuh adalah melalui sistem
kelompok. Kelompok tersebut harus stabil, tahan lama, dapat dinilai secara
teliti, memberi sumbangan bagi kemajuan pendidikan anak, dan dapat diterima
dalam masyarakat.
Berikut
ini adalah beberapa jenis program pendidikan :
1.
Program Pendidikan Bagi Anak Daerah Terpencil
Sistem pembelajaran harus ditempuh dengan prosedur
tersendiri yang memungkinkan mereka belajar. Dengan kata lain, mungkin
prinsip-prinsip belajar dan penerapan teori belajar tertentu perlu bagi dan
dibutuhkan oleh kelompok anak-anak ini. Secara spesifik dapat dipikirkan peinsip-prinsip
belajar apa yang seyogyanya diterapkan dalam rangka program pembelajaran jarak
jauh, atau sistrem pembelajaran pamong, atau sistem lain yang lebih serasi dan
relevan dengan kebutuhan, kondisi dan tingkat perkembangan anak.
2.
Program Pendidikan Bagi Anak Keterbelakangan Mental
Marion J. Ericson mengemukakan bahwa masalah yang dihadapi
adalah bagaimana menyelenggarakan pendidikan anak-anak yang terbelakang mental
melalui program pendidikan sekolah umum.
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak keterbelakangan
mental bertujuan merealisasikan sendiri perkembangan perseorangan, mengerti
hubungan manusiawi sebagai anggota keluarga dan masyarakat, tanggung jawab
sosial didaerah, nasional, dan bangsa, efeisensi ekonomi sebagai penghasil dan
konsumen. Tiga jenis program pendidikan yaitu :
a.
Kelas khusus
b.
Pelayanan konsultasi
c.
Sekolah biasa secara regular
3.
. Program Pendidikan untuk Anak Berbakat
Virget S. Ward menjelaskan bahwa pendidikan bagi
anak-anak yang berbakat perlu perhatian yang seksama. Selama ini sistem
pendidikan kita bagi anak-anak yang berbakat ini. Ketidak pedulian ini dapat
dianggap sebagai suatu kegagalan dalam pendidikan. Virget menyatakan :
a.
Diperlukan program khusus untuk anak yang berbakat.
b.
Dibutuhkan teori tentang pengalaman pendidikan, mana
praktek pendidikan yang berhasil dan mana praktek pendidikan yang gagal untuk
anak-anak berbakat
D.
Kontribusi Psikologi
Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi
pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran.
Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori
classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori
daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari
kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada
kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan
dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula
sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng
Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1.
Agar
seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2.
Tujuan
itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan
karena dipaksakan oleh orang lain.
3.
Orang
itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun
untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4.
Belajar
itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5.
Selain
tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6.
Belajar
lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7.
Seseorang
belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula
aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8.
Seseorang
memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9.
Untuk
belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.
Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
10.
Disamping
mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar
t.ujuan-tujuan lain.
11.
Belajar
lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12.
Ulangan
dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan
hasrat untuk belajar.
E.
Kontribusi Psikologi
Pendidikan terhadap Sistem Evaluasi
Menurut pengertian istilah evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk
memperoleh kesimpulan. Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktifitas secara
spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu
secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.
Pendapat dan keputusan tentu saja kan dipengaruhi oleh kesan pribadi dan
sistem-nilai yang ada pada si pembuat keputusan (Sumandi Suryabrata, 1983 :
33).
Evaluasi pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan
guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian
psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Tujuan dan fungsi evaluasi dalam pendidikan
Dr. muchtar buchori M.Ed., mengemukakan bahwa tujuan
khusus evaluasi pendidikan ada 2 yaitu :
1. Untuk
mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah ia menyadari pendidikan
selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk
mengetahui tingkat efisien metode metode pendidikan yang dipergunakan
pendidikan selama jangka waktu tertentu tadi.
Secara umum evaluasi sebagai suatu tindakan atau
proses seperti yang telah dikemukakan dalam pembicaraan yang terdahulu,
evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai,
sampai kemanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan.
Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi
evaluator untuk membuat perkiraan, mapakah tujuan yang telah dirumuskan akan
dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah tidak. Kegitan evaluasi
yang tidak menghasilkan titik tolak untuk perbaikan adalah hampa dan tidak ada
artinya sama sekali.
Ada
lima tahap dalam merencanakan dan menyusun tes sehingga menjadi tes yang baik
dan dapat dibakukan. Yaitu :
1. Pengembangan
spesifikasi tes
2. Penulisan
soal
3. Penelaahan
soal
4. Pengujian
butir-butir soal secara empiric
5. Administrasi
tes bentuk akhir untuk tujuan-tujuan pembakuan.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata
dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik,
terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur
tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal
sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur
potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial
Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Evaluasi yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria
sebagai berikut :
1.
Memiliki validitas
2.
Mempunyai realibilitas
3.
Objektivitas
4.
Efisien
5.
Kegunaan
/ kepraktisan
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya
melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan
proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat
dicapai perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi
kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku, sekaligus juga proses interaksi antara peserta
didik dan pendidik dalam suatu lingkungan tertentu. Senantiasa tidak bisa
dipisahkan dari psikologi. Karena memang obyek dari pendidikan itu sendiri
adalah individu manusia yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan
yang berbeda satu sama lain. Di sinilah peran penting psikologi sebagai suatu
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, wajib bagi suatu lembaga yang mencetak
kader-kader pendidik/guru untuk memberikan ilmu pengetahuan psikologi kepada
mereka calon pendidi tersebut.
B.
Saran
Adapun untuk para
pendidik/guru sudah selayaknya menguasai ilmu psikologi ini, agar dalam proses
belajar mengajar bisa meminimalisir kegagalan dalam penyampaian materi
pelajarannya. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi pendidikan
bukan merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan
seseorang bisa menjadi pendidik/guru yang baik. Sebab, masih cukup banyak
persyaratan lainnya, antara lain, bakat, minat, komitmen, motivasi dan latihan
serta penguasaan metodologi pengajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar