Kamis, 26 Desember 2013

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Realitas globalisasi dan modernisasi dilengkapi dengan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya, diakui atau tidak telah memberi dampak negatif yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan dampak positif yang ditimbulkan terhadap perkembangan para generasi bangsa ini. Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945 adalah sebagai upaya mencerdaskan generasi-generasi bangsa yang nantinya akan menjadi penerus perjuangan generasi terdahulu dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia menuju bangsa yang berbudi luhur dan berkesejahteraan sosial.
Namun demikian, untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 diatas, bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk diraih. Dampak negatif dari globalisasi, modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya terhadap perkembangan generasi-generasi bangsa ini tentunya bukan merupakan rahasia lagi. Hampir setiap hari masyarakat di seluruh pelosok Indonesia disuguhi dengan informasi-informasi mengenai pelajar yang membolos sekolah dan keluyuran di jalanan atau berada di tempat penyewaan PS (Play Station), pelajar yang terlibat perkelahian, pelajar yang terlibat perilaku seks bebas, pelajar yang terlibat penyalahgunaan narkoba dan masih banyak lagi.
Realitas perilaku para pelajar sebagaimana telah digambarkan di atas, jelas sangat menuntut keterampilan para tenaga pendidik dalam memahami perkembangan psikologis, kognitif, afektif, dan psikomotorik para pelajar jika menginginkan para pelajar tersebut tidak gagal di bangku sekolah dan tidak kehilangan masa depan mereka. Di sinilah pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi para tenaga pendidik. Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi pengembangan kurikulum?
2.      Bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi program pendidikan?
3.      Bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi sistem pembelajaran?
4.      Bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi sistem evaluasi?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi pengembangan kurikulum.
2.      Menjelaskan kontribusi pendidikan seperti apa yang mempengeruhi program pendidikan dan sistem pembelajaran.
3.      Untuk menjelaskan bagaimana kontribusi Psikologi pendidikan bagi sistem evaluasi.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Prof. Dr. Sudarwan Danim dan Dr. H. Khairil (2010) mengemukakan bahwa Psikologi pendidikan adalah aplikasi dari Psikologi dan metode psikologis dalam proses pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa, memahami hereditas dan lingkungan, perbedaan individual siswa, potendi dan karakteristik tingkah laku siswa, pengukuran proses dan hasil pendidikan  dan pembelajaran, kesehatan mental dan motivasi serta disiplin lain yang relevan.
Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, (1997), pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, tidak akan mungkin dapat dilepaskan dari psikologi. Karena dalam pendidikan berhubungan erat dengan manusia. Jika kita membicarakan tentang manusia, maka akan banyak ilmu pengetahuan yang muncul berkaitan dengan eksistensi manusia.

B.     Kontribusi Psikologi pendidikan bagi pengembangan kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yaitu curriculae, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu pengertian kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.
a.       Kurikulum memuat isi dan materi pembelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan.
b.      Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.
c.       Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertian ini menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang saja melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas.
Pengembangan kurikulum berlandaskan faktor-faktor sbg berikut :
1.      Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu pendidikan
2.      Social budaya dan agama yang berlaku dimasyarakat kita
3.      Perkembangan peserta didik, yang menunjukkan pada karakteristik peserta didik
4.      Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (cultural), dan lingkungan hidup (bioekologi) serta lingkungan alam(geoekologis).
5.      Kebutuhan pembangunan yang mencakup kebutuhan pembangunan dibidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hokum, hankam, dan sebagainya
6.      Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan  kemanusiawian serta budaya bangsa.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek:
1.      Kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks
2.      Pengalaman belajar siswa
3.      Hasil belajar
4.      Standarisasi kemampuan siswa
C.     Konstribusi Psikologi Pendidikan Bagi Pengembangan Program Pendidikan
Pendidikan bukan hanya bermaksud mengembangkan individu sebagai individu, melainkan juga dalam pola kehidupan masyarakat.
Salah satu cara yang patut ditempuh adalah melalui sistem kelompok. Kelompok tersebut harus stabil, tahan lama, dapat dinilai secara teliti, memberi sumbangan bagi kemajuan pendidikan anak, dan dapat diterima dalam masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa jenis program pendidikan :
1.      Program Pendidikan Bagi Anak Daerah Terpencil
Sistem pembelajaran harus ditempuh dengan prosedur tersendiri yang memungkinkan mereka belajar. Dengan kata lain, mungkin prinsip-prinsip belajar dan penerapan teori belajar tertentu perlu bagi dan dibutuhkan oleh kelompok anak-anak ini. Secara spesifik dapat dipikirkan peinsip-prinsip belajar apa yang seyogyanya diterapkan dalam rangka program pembelajaran jarak jauh, atau sistrem pembelajaran pamong, atau sistem lain yang lebih serasi dan relevan dengan kebutuhan, kondisi dan tingkat perkembangan anak.
2.      Program Pendidikan Bagi Anak Keterbelakangan Mental
Marion J. Ericson mengemukakan bahwa masalah yang dihadapi adalah bagaimana menyelenggarakan pendidikan anak-anak yang terbelakang mental melalui program pendidikan sekolah umum.
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak keterbelakangan mental bertujuan merealisasikan sendiri perkembangan perseorangan, mengerti hubungan manusiawi sebagai anggota keluarga dan masyarakat, tanggung jawab sosial didaerah, nasional, dan bangsa, efeisensi ekonomi sebagai penghasil dan konsumen. Tiga jenis program pendidikan yaitu :
a.       Kelas khusus
b.      Pelayanan konsultasi
c.       Sekolah biasa secara regular
3.      . Program Pendidikan untuk Anak Berbakat
Virget S. Ward menjelaskan bahwa pendidikan bagi anak-anak yang berbakat perlu perhatian yang seksama. Selama ini sistem pendidikan kita bagi anak-anak yang berbakat ini. Ketidak pedulian ini dapat dianggap sebagai suatu kegagalan dalam pendidikan. Virget menyatakan :
a.       Diperlukan program khusus untuk anak yang berbakat.
b.      Dibutuhkan teori tentang pengalaman pendidikan, mana praktek pendidikan yang berhasil dan mana praktek pendidikan yang gagal untuk anak-anak berbakat


D.    Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1.      Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2.      Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
3.      Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4.      Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5.      Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6.      Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7.      Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8.      Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9.      Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
10.  Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar t.ujuan-tujuan lain.
11.  Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12.  Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13.  Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.


E.     Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Evaluasi
Menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan. Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktifitas secara spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas. Pendapat dan keputusan tentu saja kan dipengaruhi oleh kesan pribadi dan sistem-nilai yang ada pada si pembuat keputusan (Sumandi Suryabrata, 1983 : 33).
Evaluasi pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Tujuan dan fungsi evaluasi dalam pendidikan
Dr. muchtar buchori M.Ed., mengemukakan bahwa tujuan khusus evaluasi pendidikan ada 2 yaitu :
1.      Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah ia menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.
2.      Untuk mengetahui tingkat efisien metode metode pendidikan yang dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu tadi.
Secara umum evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses seperti yang telah dikemukakan dalam pembicaraan yang terdahulu, evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai, sampai kemanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat perkiraan, mapakah tujuan yang telah dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah tidak. Kegitan evaluasi yang tidak menghasilkan titik tolak untuk perbaikan adalah hampa dan tidak ada artinya sama sekali.
Ada lima tahap dalam merencanakan dan menyusun tes sehingga menjadi tes yang baik dan dapat dibakukan. Yaitu :
1.      Pengembangan spesifikasi tes
2.      Penulisan soal
3.      Penelaahan soal
4.      Pengujian butir-butir soal secara empiric
5.      Administrasi tes bentuk akhir untuk tujuan-tujuan pembakuan.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Evaluasi yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut :
1.      Memiliki validitas
2.      Mempunyai realibilitas
3.      Objektivitas
4.      Efisien
5.      Kegunaan / kepraktisan
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, sekaligus juga proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam suatu lingkungan tertentu. Senantiasa tidak bisa dipisahkan dari psikologi. Karena memang obyek dari pendidikan itu sendiri adalah individu manusia yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Di sinilah peran penting psikologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, wajib bagi suatu lembaga yang mencetak kader-kader pendidik/guru untuk memberikan ilmu pengetahuan psikologi kepada mereka calon pendidi tersebut.
B.     Saran
Adapun untuk para pendidik/guru sudah selayaknya menguasai ilmu psikologi ini, agar dalam proses belajar mengajar bisa meminimalisir kegagalan dalam penyampaian materi pelajarannya. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi pendidikan bukan merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan seseorang bisa menjadi pendidik/guru yang baik. Sebab, masih cukup banyak persyaratan lainnya, antara lain, bakat, minat, komitmen, motivasi dan latihan serta penguasaan metodologi pengajaran.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar