Kamis, 26 Desember 2013

LAPORAN GEOMORFOLOGI


        Laporan Geomorfologi

HASIL OBSERFASI DI GUNUNG MATA IE DAN BABAH DUA


dosen pembimbing,
(Drs. Hasmunir, M. Si)

                                                       Disusun oleh,

NAMA            : INDAH FARAS FITA N
NIM                : 1206101040093
JURUSAN      : GEOGRAFI
KATA PENGANTAR

h
x
                  




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013




                                             DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................          i   
DAFTAR ISI ..............................................................................................          ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................          1
A.    Latar Belakang Masalah ..................................................................          1
B.     Rumusan Masalah ...........................................................................          5
C.     Tujuan Penelitian .............................................................................          6
D.    Hipotesis .........................................................................................          7
E.     Metodologi Penelitian......................................................................          8

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................          9
A.    Mata Ie……………………………………………………………..         9
1.      Teori Dasar ................................................................................          9
2.       Alat-alat yang digunakan saat observasi ..................................          12
3.      Fungsi alat yang digunakan saat observasi ...............................          12
4.      Mekanisme observasi.................................................................           13
5.      Pengamatan Mata Ie..................................................................           14

B.     Babah Dua…………………………………………………………          16
1.      Teori Dasar…………………………………………………….          17
2.      Fungsi alat observasi…………………………………………..          22
3.      Mekanisme observasi…………………………………………           22

BAB III HASIL PENELITIAN ................................................................          28
A.    Goa (Doline) ...................................................................................          28
B.     Batuan .............................................................................................          29

BAB IV PENUTUP ...................................................................................          31
A.    Kesimpulan .....................................................................................          31


Alhamdulillah. Segala puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki segala keagungan, yang menciptakan sekaligus menjadi penguasa tunggal alam semesta. Berkat hidayah-Nya laporan ini dapat peunulis selesaikan. Penulis juga mengucapkan ribuan terima kasih kepada Dosen pembimbing Drs. Hasmunir, m.si yang telah membantu dan membimbing pada mata kuliah geomorfologi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berupa laporan.
Harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya pribadi maupun bagi pembaca. Jikalau terdapat kekurangan dalam laporan ini, karena setiap manusia tak pernah luput dari kealpaan. Oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun terutama dari para dosen pembimbing dan teman-teman maupun pihak lain demi penyempurnaan laporan ini.                                                
                                                                  
                                                         
                                                                                                                                                                                                                                                                                       INDAH FARAS FITA N




                                                                                                1206101040093
                                                                                                                                                                                                                            
                                                                                                         




                                                                                BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang  Masalah
Geomorfologi berasal dari kata Yunani yang arti “Geo” adalah Bumi, “Morpho” adalah bentuk, serta “logos” juga adalah ilmu, jadi geomorfologi berarti ilmu yang mempelajari tentang bentuk bumi atau roman muka bumi. Dan ilmuan teus meneliti tenang kejadian yang terjadi pada bumi ini,seprti gempa bumi, erosi, ledakan gunung berapi atau pngangkatan atau juga penurunan suatu dataran terjad dalamproses yang sangat lama serta kejadian yang lain, yang berhubungan dengan bumi.
Sejarah tentang ilmu geomorfologi dikenal sejak zaman Yunani kuno. Pertam kali orang eropa memakai suatu istilah dari isografi yang diartikan sebagai ilmu tentang isi rangkuman iklim, metereologi, oceanografi, dan geografi. Tetapi para ahli Amerika cendeung menggunakan istilah geomorfologi, karena ilmu ini sangat erat kaitannya dengan ilmu geologi.
 Pada tahun 485 – 425 SM, muncul perkiraan perubahan yang terjadi pada permukaan air laut sebagai salah satu gejalanya dalah sumber dari geologi dari mesir yang dikemukakan oleh Herodatus dan dia juga dikenal sebaga bapak GEOMORFOLOG. Sedangkan filosopfi yang lain juga seperti Aristototeles, Stablo, Senaca yang semuanya Menerangkan juga tentang gejala-gejala dialam sebagai suatu kutukan tuhan atau dikenal denagn teori, mala petaka. Kemudian muncul filsafat KATADSTROFISMA ( CUVEIR) padatahunn 1767 – 1832 yang menyaakan bahwa kajian ilmu geologi yang terbentuk secara mendadak, hal ini di dukung oleh beberapa kajian ilmu geologi yang terbentuk secara cepat sekali, seperti letusan gunung api, longsor, aliran larva panas, daratan – daratan menurun pendapat ini terjadidialam.
Bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan dengan besaran dari ilmu matematis seperti kita kenal dalamilmu geomorfologi yang bersifat kuantitatif, adapun untuk mempelajari dari permukaan bumi dipakai konsep morfologi yaitu :
-         Konsep kesinambungan
Segala suatu gejal slamyang terjadi sekarang juga terjadi pada masa lampau, bias dalam intensitas yang sama atau berbeda.
-         Konsep kontrol morfologi
Mempelajari suatu bentang alam pada suatu wilayah dengan mengontrol daerah tersebut. Proses geomorfologi adalah perubahan yang trjadi secarafisik maupun kimiawi yang menybabkan perubahan bentuk muka bumi. Penyebab itu yaitu adanya tenaga yang berasal dari dalam bumi yang disebut juga dengan tenaga eksogen, kedua tenaga ini bekerja secara bersamaan bentuk muks bumi, tenaga eksogen untuk membagun dan sedangkan tenaga endogen cenderung merusak.
Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi dan poses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di tempat mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan diartikan secara sempit; harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah batugamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk dan merupakan bagian yang integral dari geomorfologi. Dimana bumi merupakan satu satunya planet yang memiliki kehidupan di dalamnya.Bumi sebagai sebuah planet memiliki struktur komposisi,proses yang terjadi padanya dan juga hasilnya serta materi penyusunnya.adapun materi penyusn bumi,yaitu berupa mineral dan batuan.
Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi dan poses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di tempat mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan diartikan secara sempit; harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah batugamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk dan merupakan bagian yang integral dari geomorfologi.
          Pengaruh dari erosi oleh: air, angin, dan es, berkolaborasi dengan latitude, ketinggian dan posisi relatif terhadap air laiut. Dapat dikatakan bahwa tiap daerah dengan iklim tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan sendiri sebagai hasil dari erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur geologi yang ada.
          Torehan air terhadap lapisan batu gamping yang keras dapat berupa aliran sungai yang permanen dan periodik, dapat juga merupakan alur drainase yang melewati bagian-bagian yang lemah. Sehingga membentuk cekungan-cekungan pada bagian yag tererosi dan meninggalkan bagian yang lebih tinggi yang susah tererosi. Ukuran dari cekungan dan tinggian ini bisa beberapa centimeter sampai beberapa kilometer.
Geomorfologi mengutamakan pembelajaran mengenai bentuklahan, yaitu bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang bekerja di permukaan bumi.
Bentuklahan yang dihasilkan oleh proses-proses geomorfologis ada beberapa macam, yaitu :
1.     Bentuklahan Bentukan Asal Volkanis
2.     Bentuklahan Bentukan Asal Struktural
3.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Fluvial
4.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Marin
5.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin
6.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Pelarutan
7.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Glasial
8.     Bentuklahan Bentukan Asal Aktivitas Organisme
Dengan didasarkan pada genesa, maka seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi akan dapat tertutup oleh unit-unit bentuklahan.
Dan pada observasi kali ini, mahasiswa akan diperkenalkan dan akan melihat serta mengamati langsung bagaimana bentuklahan yang terbentuk dari  proses Pelarutan, Struktural, Marin dan Angin.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.     Mengapa di gunung mata ie ada goa
2.     Bagaimana bentuk goa di mata ie
3.     Bagaimana kita bisa mengetahui batuan di babah dua mengandung kapur

C.   Tujuan Penelitian
·        Mata Ie
      Tujuan Utama Mahasiswa KIP Geografi mengadakan observasi ke gunung yang ada di daerah Mata Ie adalah: 
1.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Denudasional Mahasiswa dapat melihat fenomena-fenomena alam secara langsung.
2.     Tujuan selanjutnya untuk mengkaji lebih dalam lagi tantang materi-materi yang telah di beri dengan cara memperkuatnya dengan observasi ( praktik lapangan).
3.     Dengan melakukan observasi kelapangan diharap dapat lebih memahami teori-teori yang dipelajari sehingga dapat di aplikasikan pada masyarakat.
4.     Memperkenalkan kepada mahasiswa bagaimana bentuk dan ukuran asli Doline.
5.     Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai bagaimana proses terbentuknya Doline.

·        Babah Dua.
Tujuan utamanya adalah:
1.     Mahasiswa mengetahui jenis-jenis batuan yang ada Babah Dua.
2.     Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada mahasiswa tentang bentuklahan asal struktural, marin dan angin.
3.     Mengajak mahasiswa agar lebih mengenal dan melihat jelas bentuklahan-bentuklahan tersebut.
4.     Mahasiswa mengetahui bagaimana cara menghitung kemiringan lereng.
D.   Hipotesis
1.     Goa dimata ie  yang disebut doline terbentuk dari hasil pelarutan
2.     Dan kita juga bisa mengetahui gou yang ada di dalam gunung mata ie
3.     Gunung di mata ie yaitu hasil pengangkatan.
4.     Batuan yang ada di babah dua mengadung kapur

E.   Metodologi Penelitian
          Untuk mencapai semua tujuan dari penelitian ini metode yang digunakan adalah metode visual, artinya mahasiswa dapat melihat secara langsung objek-objek yang akan di pelajari. Bukan hanya metode itu saja yang digunakan, kami juga menggunakan Alat-alat dan bahan-bahan yang telah disediakan untuk manguji objek.











BAB II
LANDASAN TEORI
A.   Mata Ie
Mata Ie merupakan salah satu daerah yang terdapat di kawasan Aceh Besar yang dikelilingi oleh pegunungan yang tingginya dapat mencapai 300 meter. Salah satu bentuklahan yang dihasilkan oleh proses geomorfologis yang terdapat di pegunungan Mata Ie adalah Bentuklahan Bentukan Asal Proses Pelarutan.
1.     Teori Dasar
1.     Bentuklahan Bentukan Asal Proses Pelarutan.
Beberapa syarat untuk dapat berkembangnya topografi karst sebagai akibat dari proses pelarutan, yakni sebagai berikut :
1.     Terdapat batuan yang mudah larut (batu gamping dan dolomit)
2.     Batu gamping dengan kemurnian tinggi
3.     Mempunyai lapisan batuan yang tebal
4.     Terdapat banyak diaklas (retakan)
5.     Pada daerah tropis basah
6.     Vegetasi penutup yang lebat

Pada kondisi demikian batu gamping akan mudah mengalami pelarutan oleh air yang mengalir dan akhirnya membentuk topografi karst.
Menurut Jenings (1971), karst merupakan suatu kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh larutan batuannya yang tinggi.
Tektonisme menjadi faktor penentu pula, sesar (fault) dan kekar (joint) menjadi faktor yang amat penting. Menurut Faniran dan Jeje (1983), kekar-kekar yang terdapat pada batuan itu memberikan regangan mekanik, sehingga memudahkan gerakan air melalui batuan itu. Adanya kekar maupun sesar ini memudahkan pelarutan di dalam batuan.
Karstifikasi adalah proses kerja oleh air terutama secara kimiawi, meskipun secara mekanik pula yang menghasilkan kenampakan-kenampakan topografi karst (Ritter, 1979). Proses geomorfik yang penting yang bekerja di daerah berbatu gamping adalah pelarutan. Katalisator yang penting dalam pelarutan itu adalah air hujan dan karbondioksida. Karbondioksida (CO2) larut di dalam air membentuk asam karbonat (H2CO3) yang bereaksi dengan kalsium karbonat (CaCO3) membentuk kalsium bikarbonat yang merupakan larutan berair.

    CaCO3 + CO2 + H2O " Ca (HCO3)2

Bentuklahan karst dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni bentuklahan negatif dan bentuklahan positif.
Bentuk lahan negatif terdiri dari : Doline, Uvala, Polje, Blind Valley. Sedangkan bentuklahan positif terdiri dari : Kygelkarst dan Turmkarst.
Dan pada observasi kali ini, mahasiswa difokuskan untuk lebih mengenal dan melihat langsung bentuk Doline.
Doline merupakan suatu istilah yang mempunyai banyak sinonim antara lain : sink, sinkhole, cockpit, blue hole, swallow hole ataupun cenote. Doline itu sendiri diartikan oleh Monroe (1970) sebagai suatu ledokan atau lubang yang berbentuk corong pada batugamping dengan diameter hingga 1 km dan kedalamannya dari beberapa meter hingga ratusan meter.
Dan berdasarkan genesisnya, doline dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : doline reruntuhan, doline solusi, doline terban dan doline aluvial (Faniran dan Jeje, 1983).




2.     Alat yang digunakan observasi
a)     Palu
b)    Botol
c)     Pipet
d)    Sarung tangan
e)     Timba
f)      Kayu
g)     Bolot
h)    Meteran
i)       Busur

3.     Fungsi Alat-Alat Yang Digunakan Observasi
a.     Palu                      : untuk mengetok batuan yang didalam bukit
b.     Botol                   : untuk memasuki HCL.
c.      Pipet                    : untuk meneteskan HCL pada batuan
d.     Sarung tangan     : untuk melindungin tangan dari tetesan HCL dan H2O2.
e.      Timba                  : digunakan untuk memasuki alat-alat observasi
f.       Kayu                    : untuk mengetahui kemiringan lereng
g.     Bolot                    : untuk mengukur keseimbangan
h.     Meteren               : untuk mengukur kemiringan lereng
i.       Busur                   : untuk mengetahui siku-siku dari kayu

4.     Mekanisme Observasi
                               i.            Awalnya mahasiswa dibagikan peralatan-peralatan yang diperlukan pada saat observasi, seperti meteran dan benang yang telah diberi pemberat diujungnya.
                             ii.            Setiap mahasiswa di bagi ke dalam lima kelompok yang masing-masing berjumlah 15-20 orang per kelompoknya.
                          iii.            Setiap kelompok diketuai oleh satu orang yang akan memimpin teman-teman kelompoknya.
                          iv.            Mahasiswa mulai mendaki gunung yang ketinggiannya kurang lebih mencapai 1km-2km.
                             v.            Setelah mencapai puncak, mahasiswa dapat melihat Doline dengan jelas.
                          vi.            Kemudian mahasiswa mengukur kedalaman dan diameter doline tersebut dengan menggunakan meteran dan benang yang telah diberi pemberat diujungnya.



5.     Pengamatan di Mata Ie
·        Gunung
Hasil pengamatan kami di Mata Ie, sebagaimana kita tau gunung adalah ebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal.
Digunung mata ie terdapat goa yang dikatakan dengan doline yang berbentuk corong. Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat gambar seperti dibawah ini :



·        Bentuk Lahan
Berdasarkan hasil pengamatan daerah Mata Ie Banda Aceh merupakan daerah dataran tinggi sebahagian besar dikelilingi oleh bukit bukit terjal dan masih sangat asri dan jauh dari kebisingan kota.Mata Ie ini diperkirakan mempunyai ketingiannya mencapai 300 m dari permukaan laut.perbukitan di daerah mata ie terbentuk dari lipatan yang bersifat denudasional.
Maka dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa tidak menutup kemungkina dulunya Mata ie ini adalah lautan yang telah terjadi proses pengankatan yang sangat siknifikan,karna sangat kecil kemungkinan ada bataun kapur didaerah pengunungan yang tidak pernah diendapi air laut. Namun proses pengankatan di Mata Ie ini sifatnya membangun Artinya tidak ada kerugian dari proses pengankatan ini.

B.   Babah Dua
Babah Dua merupakan salah satu daerah pesisir yang terdapat di kawasan Lampu’uk, Aceh Besar. Disini terdapat gunung yang merupakan Bentuklahan Bentukan Asal Struktural yang memiliki tebing yang curam dan bertekstur kasar. Tebing ini merupakan Bentuklahan Bentukan Asal Marin dan di kawasan ini juga terdapat lereng atau gumuk pasir yang merupakan Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin


Didaerah babah dua mempunyai batuan yang sangat terjal dan diatas batuan yang sangat terjal tersebut dapat tumbuh pohon-pohon karena batuan yang sudah lampuk menjadi tanah dari itu dapat lah tumbuhan tumbuh di atas batuan tersebut.
Lahannya berbentuk marin,suktural atau pun sesar dan batu yang jatuh dari atas kebawah dikatakan dengan terpal yang bentuknya berwarna hitam yaitu kapur. Batuan yang ada di babah dua berbentuk berlapis-lapis yaitu hasil dari pelapukan proses ini terjadi dari hasil pengangkatan.

1.     Teori Dasar
1.     Bentuklahan Bentukan Asal Struktural.
Bentuklahan Bentukan Asal Struktural terbentuk karena adanya proses endogen yang disebut proses tektonik atau diastropisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur geologi yaitu lipatan dan patahan.
Bentuklahan ini dicirikan oleh adanya perlapisan batuan yang mempunyai perbedaan ketahanan terhadap erosi. Akibat adanya tenaga endogen tersebut maka terjadi deformasi sikap (attitude) perlapisan batuan yang semula horizontal menjadikan miring atau bahkan tegak dan membentuk lipatan. Penentuan nama suatu bentuk lahan struktural pada dasarnya didasarkan pada sikap perlapisan batuan (dip dan strike).
Bentuklahan Bentukan Asal astruktural dapat juga terjadi akibat adanya tekanan dari lapisan diatasnya yang tebal kearah vertikal (bawah) sehingga massa sedimen yang lemah dan lunak dibawahnya tertekan.

I.       Bentuklahan Bentukan Asal Proses Marin.
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Marin merupakan bentuklahan yang diakibatkan oleh adanya kegiatan gelombang dan arus laut yang membawa material sedimen laut dan diendapkan pada suatu mintakat yang dipengaruhi oleh gelombang dan arus air laut.
Berbagai proses yang berlangsung di daerah pesisir yang tenaganya berasal dari gelombang, ombak, arus, pasang surut, tenaga tektonik dan menurunnya permukaan air laut sangat berpengaruh terhadap medan dan karakteristik pesisir, serta mempengaruhi perkembangan wilayah pesisir itu sendiri. Secara garis besar, perkembangan pesisir secara alami dapat dibedakan menjadi dau macam, yaitu : pertambahan daratan dan penyusutan daratan.
Perbedaan utama kenampakan bentuk lahan ini pada suatu kondisi apakah pantai berbatu, pantai penghalang, pantai berpasir, pantai berlumpur atau lagun. Pada mintakat delta bentukan asal proses marin berhubungan erat dengan bentuklahan bentukan proses fluvial.
Bentuklahan proses marin antara lain:
a.     platform (rataan pasang surut)
b.     cliff dan notch
c.      spit (lidah gosong pasir laut)
d.     ledok antara beting pasir laut
e.      hamparan lumpur (mudflat)
f.       dataran pantai
g.     gisik
h.     beting gisik
i.       tombolo
j.       dataran aluvial pantai
k.     teras marin
l.       lagun





II.                Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin.
Bentuk  lahan Bentukan Asal Proses Angin biasanya terjadi di daerah pesisir dan gurun. Gerakan angin dapat membentuk bentuklahan yang spesifik bentuknya dan berbeda dari bentuklahan hasil proses yang lainnya.
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin dapat berkembang dengan baik apabila persyaratan berikut terpenuhi:
a.     Tersedia material berukuran pasir yang halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.
b.     Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
c.      Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan pasir.
d.     Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang lain.

Endapan oleh angin terbentuk karena adanya pengikisan, pengangkutan dan pengendapan bahan-bahan yang tidak kompak oleh angin. Bentuklahan yang dihasilkan oleh angin adalah gumuk pasir atau lereng yang terdapat di daerah pinggir pantai.
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri, dengan kemiringan lereng antara 50  sampai 100 pada arah datangnya angin dan 300 sampai 340 pada arah membelakangi arah angin.
Gumuk pasir memiliki berbagai bentuk, yaitu :
a.     Gumuk pasir melintang
b.     Gumuk pasir sabit
c.      Gumuk pasir parabolik
d.     Gumuk pasir memanjang
e.      Debu endapan angin


1.     Fungsi Alat-Alat Yang Digunakan Observasi
a.   Palu                  : untuk mengetok batuan yang didalam bukit
b.  Timba               : digunakan untuk memasuki alat-alat observasi
c.   Kayu                : untuk mengetahui kemiringan lereng
d.  Bolot                : untuk mengukur keseimbangan
e.   Meteren            : untuk mengukur kemiringan lereng
f.    Busur               : untuk mengetahui siku-siku dari kayu

2.     Mekanisme Observasi
                               i.            Mahasiswa diberikan peralatan-peralatan pendukung observasi, seperti : meteran dan kayu pemancang.
                             ii.            Mahasiswa mengamati bentuklahan yang ada di kawasan Babah Dua sambil mendengarkan penjelasan dari dosen pembimbing.
                          iii.            Mahasiswa mulai melakukan pengukuran kemiringan lereng dengan cara sebagai berikut:
·        Sediakan dua buah kayu pemancang, yang salah satu dari kayu tersebut ditancapkan paku di salah satu sisinya untuk mengikat benang sebagai alat untuk melihat keseimbangan dan kelurusan kayu tersebut.
·        Tancapkan kayu yang terdapat paku tersebut secara vertikal diatas bidang (permukaan pasir/lereng) yang akan diukur, sebagai titik acuan atau titik koordinat penghitungan kemiringan lereng pada garis pantai.
·        Gantungkan benang di paku tersebut untuk memastikan bahwa kayu benar-benar terpancang dengan lurus.
·        Selanjutnya letakkan kayu yang satunya lagi secara horizontal dengan cara mengikuti letak lereng.
·        Amati kemiringan kayu tersebut kemudian hitung kemiringannya dengan menggunakan busur. Kemiringan kayu menunjukkan kemiringan lereng.
·        Setiap lereng memiliki kemiringan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
·        Kemiringan lereng dapat dihitung dengan menggunakan rumus :



          Keterangan :
                   a        = sudut kemiringan lereng
                   h        = tinggi lereng
                   x        = panjang lereng


Berikut adalah gambar pengamatan kami dari pengukuran ke miringan lereng:




BAB III
HASIL PENELITIAN
A.   Goa (Doline)
Setelah kami mengamati bahwa digunung Mata Ie mempunyai goa yang berbentuk corong dan goa tersebut mempunyai kedalaman yang mencapai 16,2 cm.
Berikut gambar hasil pengamatan kami :
  
Gambar : goa yang berbentuk corong (Doline)

B.   Batuan
Berikut adalah hasil pengamatan kami di babah dua :





BAB IV
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Adapun simpulan yang dapat diambil dari laporan ini yaitu:
1.     Bahwa batuan di babah dua mengandung kapur dan ketinggian yang di milikinya juga berbeda beda ini terlihat dari hasil pengukuran menggunakan meteran,dari hal itu kita tahu bahwa adanya ketidaksamaan permukaan permukaan tanah dan lereng di babah dua tersebut.
2.     Dari hasil yang diperoleh kami menyimpulkan bahwa batuan yang ada di daerah Babah Dua terbentuk dari hasil pengangkatan dan batuannya berbeda-beda.
3.     Dari hasil yang diperoleh kami menyikpulkan bahwa daerah Mata Ie itu dulunya merupakan lautan luas yang setelah berjuta- juta tahun baru terjadi tanah/ dataran.
4.     Torehan air dan es adalah faktor utama yang memperlebar zonal lemah dilapisan batu gamping, sehingga terbentuk gua-gua. Ada banyak teori yang menjelaskan asal muasal terjadinya gua (teori klasik), namun sekarang sudah ada teori yang menjelaskan dan diterima secara umum. Perbedaan teori tersebut dikeluarkan oleh orang yang berasal dari kawasan karst yang berbeda, sesuai dengan karakteristik daerah tersebut. Lihat teori terbaru mengenai proses terlahirnya gua. Lihat juga speleogenesis.
5.     Doline yang terdapat di gunung Mata Ie merupakan salah satu contoh Bentuklahan Bentukan Asal Proses Pelarutan.
6.     Bentuklahan Asal Proses Struktural, Marin dan Angin dapat kita jumpai di kawasan Babah Dua. Bentuklahannya berupa gunung atau bukit, tebing yang curam dan gumuk pasir atau lereng.
7.     Kemiringan lereng yang tersebar di daerah Babah Dua sangat bervariasi, tergantung kuatnya hembusan angin dan material pasir yang terbawa. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar