Laporan Geomorfologi
HASIL OBSERFASI DI GUNUNG MATA IE DAN BABAH DUA
dosen pembimbing,
(Drs. Hasmunir, M. Si)
Disusun oleh,
NAMA :
INDAH FARAS FITA N
NIM :
1206101040093
JURUSAN :
GEOGRAFI
h
|
x
|
|
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar
Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan
Penelitian ............................................................................. 6
D. Hipotesis
......................................................................................... 7
E. Metodologi
Penelitian...................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 9
A. Mata
Ie…………………………………………………………….. 9
1. Teori
Dasar ................................................................................ 9
2. Alat-alat yang digunakan saat observasi .................................. 12
3. Fungsi alat yang
digunakan saat observasi ............................... 12
4. Mekanisme
observasi................................................................. 13
5. Pengamatan
Mata Ie.................................................................. 14
B. Babah
Dua………………………………………………………… 16
1. Teori
Dasar……………………………………………………. 17
2. Fungsi alat
observasi………………………………………….. 22
3. Mekanisme
observasi………………………………………… 22
BAB III HASIL PENELITIAN ................................................................ 28
A. Goa
(Doline) ................................................................................... 28
B. Batuan
............................................................................................. 29
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 31
A. Kesimpulan
..................................................................................... 31
Alhamdulillah. Segala puja dan puji syukur saya
panjatkan kepada Allah SWT,Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki segala keagungan,
yang menciptakan sekaligus menjadi penguasa tunggal alam semesta. Berkat
hidayah-Nya laporan ini dapat peunulis selesaikan. Penulis juga mengucapkan
ribuan terima kasih kepada Dosen pembimbing Drs. Hasmunir, m.si yang telah
membantu dan membimbing pada mata kuliah geomorfologi,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berupa laporan.
Harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat khususnya
bagi saya pribadi maupun bagi pembaca. Jikalau terdapat kekurangan dalam
laporan ini, karena setiap manusia tak pernah luput dari kealpaan. Oleh sebab
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun terutama dari
para dosen pembimbing dan teman-teman maupun pihak lain demi penyempurnaan
laporan ini.
INDAH
FARAS FITA N
1206101040093
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Geomorfologi berasal dari kata Yunani yang arti “Geo” adalah
Bumi, “Morpho” adalah bentuk,
serta “logos” juga adalah ilmu, jadi geomorfologi berarti
ilmu yang mempelajari
tentang
bentuk bumi atau roman muka bumi. Dan ilmuan teus
meneliti tenang kejadian yang terjadi pada bumi ini,seprti gempa bumi, erosi,
ledakan gunung berapi atau pngangkatan atau juga penurunan suatu dataran terjad
dalamproses yang sangat lama serta kejadian yang lain, yang berhubungan dengan
bumi.
Sejarah
tentang ilmu geomorfologi dikenal sejak zaman Yunani kuno. Pertam
kali orang eropa memakai suatu istilah dari isografi yang diartikan
sebagai ilmu tentang
isi rangkuman iklim, metereologi, oceanografi, dan geografi. Tetapi
para ahli Amerika cendeung
menggunakan istilah geomorfologi, karena ilmu ini sangat erat kaitannya dengan ilmu geologi.
Pada tahun 485 – 425 SM, muncul perkiraan perubahan yang
terjadi pada permukaan air laut sebagai salah satu gejalanya dalah sumber dari
geologi dari mesir yang dikemukakan oleh Herodatus dan dia juga dikenal sebaga
bapak GEOMORFOLOG. Sedangkan filosopfi yang lain juga seperti Aristototeles,
Stablo,
Senaca yang semuanya Menerangkan juga tentang gejala-gejala dialam sebagai suatu
kutukan tuhan atau dikenal denagn teori, mala petaka.
Kemudian muncul filsafat KATADSTROFISMA ( CUVEIR) padatahunn 1767 – 1832 yang
menyaakan bahwa kajian ilmu geologi yang terbentuk secara mendadak, hal ini di
dukung oleh beberapa kajian ilmu geologi yang terbentuk secara cepat sekali,
seperti letusan gunung api, longsor, aliran larva panas, daratan – daratan
menurun pendapat ini terjadidialam.
Bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan
dengan besaran dari ilmu matematis seperti kita kenal dalamilmu geomorfologi
yang bersifat kuantitatif, adapun untuk mempelajari dari permukaan bumi dipakai
konsep morfologi yaitu :
-
Konsep
kesinambungan
Segala suatu gejal slamyang terjadi sekarang juga terjadi
pada masa lampau, bias
dalam intensitas yang sama atau berbeda.
-
Konsep kontrol
morfologi
Mempelajari suatu bentang alam pada suatu wilayah dengan
mengontrol daerah tersebut. Proses geomorfologi adalah perubahan yang trjadi secarafisik maupun kimiawi
yang menybabkan perubahan bentuk muka bumi. Penyebab itu yaitu adanya tenaga
yang berasal dari dalam bumi yang disebut juga dengan tenaga eksogen, kedua
tenaga ini bekerja secara bersamaan bentuk muks bumi, tenaga eksogen untuk
membagun dan sedangkan tenaga endogen cenderung merusak.
Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap
permukaan Bumi dan poses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan
dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk
konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku
organisme di tempat mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan diartikan secara
sempit; harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan
subsurface terutama di daerah batugamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk
dan merupakan bagian yang integral dari geomorfologi. Dimana bumi merupakan
satu satunya planet yang memiliki kehidupan di dalamnya.Bumi sebagai sebuah
planet memiliki struktur komposisi,proses yang terjadi padanya dan juga
hasilnya serta materi penyusunnya.adapun materi penyusn bumi,yaitu berupa
mineral dan batuan.
Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan
Bumi dan poses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan
landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk
konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku
organisme di tempat mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan diartikan secara
sempit; harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan
subsurface terutama di daerah batugamping sangat penting dimana sistem gua
terbentuk dan merupakan bagian yang integral dari geomorfologi.
Pengaruh dari
erosi oleh: air, angin, dan es, berkolaborasi dengan latitude, ketinggian dan
posisi relatif terhadap air laiut. Dapat dikatakan bahwa tiap daerah dengan
iklim tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan sendiri sebagai hasil
dari erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur geologi yang ada.
Torehan air
terhadap lapisan batu gamping yang keras dapat berupa aliran sungai yang
permanen dan periodik, dapat juga merupakan alur drainase yang melewati
bagian-bagian yang lemah. Sehingga membentuk cekungan-cekungan pada bagian yag
tererosi dan meninggalkan bagian yang lebih tinggi yang susah tererosi. Ukuran
dari cekungan dan tinggian ini bisa beberapa centimeter sampai beberapa
kilometer.
Geomorfologi mengutamakan
pembelajaran mengenai bentuklahan, yaitu bentukan pada permukaan bumi sebagai
hasil perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang
bekerja di permukaan bumi.
Bentuklahan yang dihasilkan oleh
proses-proses geomorfologis ada beberapa macam, yaitu :
1. Bentuklahan
Bentukan Asal Volkanis
2. Bentuklahan
Bentukan Asal Struktural
3. Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Fluvial
4. Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Marin
5. Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Angin
6. Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Pelarutan
7. Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Glasial
8. Bentuklahan
Bentukan Asal Aktivitas Organisme
Dengan didasarkan pada genesa, maka
seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi akan dapat tertutup oleh unit-unit
bentuklahan.
Dan pada observasi kali ini,
mahasiswa akan diperkenalkan dan akan melihat serta mengamati langsung
bagaimana bentuklahan yang terbentuk dari
proses Pelarutan, Struktural, Marin dan Angin.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Mengapa
di gunung mata ie ada goa
2. Bagaimana
bentuk goa di mata ie
3. Bagaimana
kita bisa mengetahui batuan di babah dua mengandung kapur
C.
Tujuan
Penelitian
·
Mata Ie
Tujuan Utama Mahasiswa KIP Geografi
mengadakan observasi ke gunung yang ada di daerah Mata Ie adalah:
1. Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Denudasional Mahasiswa dapat melihat fenomena-fenomena
alam secara langsung.
2. Tujuan
selanjutnya untuk mengkaji lebih dalam lagi tantang materi-materi yang telah di
beri dengan cara memperkuatnya dengan observasi ( praktik lapangan).
3. Dengan
melakukan observasi kelapangan diharap dapat lebih memahami teori-teori yang
dipelajari sehingga dapat di aplikasikan pada masyarakat.
4. Memperkenalkan
kepada mahasiswa bagaimana bentuk dan ukuran asli Doline.
5. Menambah
wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai bagaimana proses terbentuknya
Doline.
·
Babah Dua.
Tujuan utamanya adalah:
1. Mahasiswa
mengetahui jenis-jenis batuan yang ada Babah Dua.
2. Memberikan
pengetahuan dan wawasan kepada mahasiswa tentang bentuklahan asal struktural, marin
dan angin.
3. Mengajak
mahasiswa agar lebih mengenal dan melihat jelas bentuklahan-bentuklahan
tersebut.
4. Mahasiswa
mengetahui bagaimana cara menghitung kemiringan lereng.
D.
Hipotesis
1. Goa
dimata ie yang disebut doline terbentuk
dari hasil pelarutan
2. Dan
kita juga bisa mengetahui gou yang ada di dalam gunung mata ie
3. Gunung
di mata ie yaitu hasil pengangkatan.
4. Batuan
yang ada di babah dua mengadung kapur
E.
Metodologi
Penelitian
Untuk mencapai semua tujuan dari
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode visual, artinya mahasiswa
dapat melihat secara langsung objek-objek yang akan di pelajari. Bukan hanya
metode itu saja yang digunakan, kami juga menggunakan Alat-alat dan bahan-bahan
yang telah disediakan untuk manguji objek.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Mata
Ie
Mata Ie merupakan salah satu daerah yang terdapat di
kawasan Aceh Besar yang dikelilingi oleh pegunungan yang tingginya dapat
mencapai 300 meter. Salah satu bentuklahan yang dihasilkan oleh proses
geomorfologis yang terdapat di pegunungan Mata Ie adalah Bentuklahan Bentukan
Asal Proses Pelarutan.
1.
Teori
Dasar
1. Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Pelarutan.
Beberapa syarat untuk dapat
berkembangnya topografi karst sebagai akibat dari proses pelarutan, yakni
sebagai berikut :
1. Terdapat
batuan yang mudah larut (batu gamping dan dolomit)
2. Batu
gamping dengan kemurnian tinggi
3. Mempunyai
lapisan batuan yang tebal
4. Terdapat
banyak diaklas (retakan)
5. Pada
daerah tropis basah
6. Vegetasi
penutup yang lebat
Pada kondisi demikian batu gamping akan
mudah mengalami pelarutan oleh air yang mengalir dan akhirnya membentuk
topografi karst.
Menurut Jenings (1971), karst merupakan
suatu kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas,
terutama disebabkan oleh larutan batuannya yang tinggi.
Tektonisme menjadi faktor penentu pula,
sesar (fault) dan kekar (joint) menjadi faktor yang amat penting. Menurut
Faniran dan Jeje (1983), kekar-kekar yang terdapat pada batuan itu memberikan
regangan mekanik, sehingga memudahkan gerakan air melalui batuan itu. Adanya
kekar maupun sesar ini memudahkan pelarutan di dalam batuan.
Karstifikasi adalah proses kerja oleh
air terutama secara kimiawi, meskipun secara mekanik pula yang menghasilkan
kenampakan-kenampakan topografi karst (Ritter, 1979). Proses geomorfik yang
penting yang bekerja di daerah berbatu gamping adalah pelarutan. Katalisator
yang penting dalam pelarutan itu adalah air hujan dan karbondioksida.
Karbondioksida (CO2) larut di dalam air membentuk asam karbonat (H2CO3)
yang bereaksi dengan kalsium karbonat (CaCO3) membentuk kalsium
bikarbonat yang merupakan larutan berair.
CaCO3 + CO2 + H2O
"
Ca (HCO3)2
Bentuklahan karst dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian, yakni bentuklahan negatif dan bentuklahan positif.
Bentuk lahan negatif terdiri dari :
Doline, Uvala, Polje, Blind Valley. Sedangkan bentuklahan positif terdiri dari
: Kygelkarst dan Turmkarst.
Dan pada observasi kali ini, mahasiswa
difokuskan untuk lebih mengenal dan melihat langsung bentuk Doline.
Doline merupakan suatu istilah yang
mempunyai banyak sinonim antara lain : sink,
sinkhole, cockpit, blue hole, swallow hole ataupun cenote. Doline itu sendiri diartikan oleh Monroe (1970) sebagai
suatu ledokan atau lubang yang berbentuk corong pada batugamping dengan
diameter hingga 1 km dan kedalamannya dari beberapa meter hingga ratusan meter.
Dan berdasarkan genesisnya, doline dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu : doline reruntuhan, doline solusi, doline
terban dan doline aluvial (Faniran dan Jeje, 1983).
2.
Alat
yang digunakan observasi
a) Palu
b) Botol
c) Pipet
d) Sarung
tangan
e) Timba
f) Kayu
g) Bolot
h) Meteran
i) Busur
3.
Fungsi
Alat-Alat Yang Digunakan Observasi
a. Palu : untuk mengetok batuan
yang didalam bukit
b. Botol
: untuk memasuki HCL.
c. Pipet
: untuk meneteskan HCL pada batuan
d. Sarung
tangan : untuk melindungin tangan dari
tetesan HCL dan H2O2.
e. Timba : digunakan untuk memasuki alat-alat observasi
f. Kayu
: untuk mengetahui
kemiringan lereng
g. Bolot
: untuk mengukur
keseimbangan
h. Meteren : untuk mengukur kemiringan
lereng
i. Busur : untuk mengetahui siku-siku
dari kayu
4.
Mekanisme
Observasi
i.
Awalnya mahasiswa
dibagikan peralatan-peralatan yang diperlukan pada saat observasi, seperti
meteran dan benang yang telah diberi pemberat diujungnya.
ii.
Setiap mahasiswa di bagi ke
dalam lima kelompok yang
masing-masing berjumlah 15-20 orang per kelompoknya.
iii.
Setiap kelompok
diketuai oleh satu orang yang akan memimpin
teman-teman kelompoknya.
iv.
Mahasiswa mulai mendaki
gunung yang ketinggiannya kurang lebih mencapai 1km-2km.
v.
Setelah mencapai
puncak, mahasiswa dapat melihat Doline dengan jelas.
vi.
Kemudian mahasiswa
mengukur kedalaman dan diameter doline tersebut dengan menggunakan meteran dan
benang yang telah diberi pemberat diujungnya.
5.
Pengamatan
di Mata Ie
·
Gunung
Hasil
pengamatan kami di Mata Ie, sebagaimana
kita tau gunung adalah ebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah
sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit,
tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal.
Digunung mata ie
terdapat goa yang dikatakan dengan doline yang berbentuk corong. Untuk lebih
jelasnya kita dapat melihat gambar seperti dibawah ini :
·
Bentuk
Lahan
Berdasarkan
hasil pengamatan daerah Mata Ie Banda Aceh merupakan daerah dataran tinggi
sebahagian besar dikelilingi oleh bukit bukit terjal dan masih sangat asri dan
jauh dari kebisingan kota.Mata Ie ini diperkirakan mempunyai ketingiannya
mencapai 300 m dari permukaan laut.perbukitan di daerah mata ie terbentuk dari
lipatan yang bersifat denudasional.
Maka dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
menutup kemungkina dulunya Mata ie ini adalah lautan yang telah terjadi proses
pengankatan yang sangat siknifikan,karna sangat kecil kemungkinan ada bataun
kapur didaerah pengunungan yang tidak pernah diendapi air laut. Namun proses
pengankatan di Mata Ie ini sifatnya membangun Artinya tidak ada kerugian dari
proses pengankatan ini.
B.
Babah
Dua
Babah Dua merupakan salah satu daerah pesisir yang
terdapat di kawasan Lampu’uk, Aceh Besar. Disini terdapat gunung yang merupakan
Bentuklahan Bentukan Asal Struktural yang memiliki tebing yang curam dan
bertekstur kasar. Tebing ini merupakan Bentuklahan Bentukan Asal Marin dan di
kawasan ini juga terdapat lereng atau gumuk pasir yang merupakan Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Angin
Didaerah babah dua mempunyai batuan yang sangat
terjal dan diatas batuan yang sangat terjal tersebut dapat tumbuh pohon-pohon
karena batuan yang sudah lampuk menjadi tanah dari itu dapat lah tumbuhan
tumbuh di atas batuan tersebut.
Lahannya berbentuk marin,suktural atau pun sesar dan
batu yang jatuh dari atas kebawah dikatakan dengan terpal yang bentuknya
berwarna hitam yaitu kapur. Batuan yang ada di babah dua berbentuk
berlapis-lapis yaitu hasil dari pelapukan proses ini terjadi dari hasil
pengangkatan.
1.
Teori
Dasar
1. Bentuklahan
Bentukan Asal Struktural.
Bentuklahan Bentukan Asal Struktural
terbentuk karena adanya proses endogen yang disebut proses tektonik atau
diastropisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi
sehingga terbentuk struktur geologi yaitu lipatan dan patahan.
Bentuklahan ini dicirikan oleh adanya
perlapisan batuan yang mempunyai perbedaan ketahanan terhadap erosi. Akibat
adanya tenaga endogen tersebut maka terjadi deformasi sikap (attitude) perlapisan
batuan yang semula horizontal menjadikan miring atau bahkan tegak dan membentuk
lipatan. Penentuan nama suatu bentuk lahan struktural pada dasarnya didasarkan
pada sikap perlapisan batuan (dip dan strike).
Bentuklahan Bentukan Asal astruktural dapat
juga terjadi akibat adanya tekanan dari lapisan diatasnya yang tebal kearah
vertikal (bawah) sehingga massa sedimen yang lemah dan lunak dibawahnya
tertekan.
I.
Bentuklahan Bentukan
Asal Proses Marin.
Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Marin merupakan bentuklahan yang diakibatkan oleh adanya
kegiatan gelombang dan arus laut yang membawa material sedimen laut dan
diendapkan pada suatu mintakat yang dipengaruhi oleh gelombang dan arus air
laut.
Berbagai
proses yang berlangsung di daerah pesisir yang tenaganya berasal dari
gelombang, ombak, arus, pasang surut, tenaga tektonik dan menurunnya permukaan
air laut sangat berpengaruh terhadap medan dan karakteristik pesisir, serta
mempengaruhi perkembangan wilayah pesisir itu sendiri. Secara garis besar,
perkembangan pesisir secara alami dapat dibedakan menjadi dau macam, yaitu :
pertambahan daratan dan penyusutan daratan.
Perbedaan utama kenampakan bentuk lahan ini pada
suatu kondisi apakah pantai berbatu, pantai penghalang, pantai berpasir, pantai
berlumpur atau lagun. Pada mintakat delta bentukan asal proses marin
berhubungan erat dengan bentuklahan bentukan proses fluvial.
Bentuklahan proses marin antara lain:
a. platform
(rataan pasang surut)
b. cliff
dan notch
c. spit
(lidah gosong pasir laut)
d. ledok
antara beting pasir laut
e. hamparan
lumpur (mudflat)
f. dataran
pantai
g. gisik
h. beting
gisik
i. tombolo
j. dataran
aluvial pantai
k. teras
marin
l. lagun
II.
Bentuklahan Bentukan
Asal Proses Angin.
Bentuk lahan Bentukan Asal Proses Angin biasanya
terjadi di daerah pesisir dan gurun. Gerakan angin dapat membentuk bentuklahan
yang spesifik bentuknya dan berbeda dari bentuklahan hasil proses yang lainnya.
Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Angin dapat berkembang dengan baik apabila persyaratan
berikut terpenuhi:
a. Tersedia
material berukuran pasir yang halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.
b. Adanya
periode kering yang panjang dan tegas.
c. Adanya
angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan pasir.
d. Gerakan
angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang lain.
Endapan
oleh angin terbentuk karena adanya pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
bahan-bahan yang tidak kompak oleh angin. Bentuklahan yang dihasilkan oleh
angin adalah gumuk pasir atau lereng yang terdapat di daerah pinggir pantai.
Gumuk
pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk
pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri, dengan kemiringan
lereng antara 50 sampai 100
pada arah datangnya angin dan 300 sampai 340 pada arah
membelakangi arah angin.
Gumuk
pasir memiliki berbagai bentuk, yaitu :
a. Gumuk
pasir melintang
b. Gumuk
pasir sabit
c. Gumuk
pasir parabolik
d. Gumuk
pasir memanjang
e. Debu
endapan angin
1.
Fungsi
Alat-Alat Yang Digunakan Observasi
a.
Palu : untuk mengetok batuan yang
didalam bukit
b.
Timba : digunakan untuk memasuki
alat-alat observasi
c.
Kayu : untuk mengetahui kemiringan
lereng
d.
Bolot : untuk mengukur keseimbangan
e.
Meteren : untuk mengukur kemiringan lereng
f.
Busur : untuk mengetahui siku-siku dari
kayu
2.
Mekanisme
Observasi
i.
Mahasiswa diberikan
peralatan-peralatan pendukung observasi, seperti : meteran dan kayu pemancang.
ii.
Mahasiswa mengamati
bentuklahan yang ada di kawasan Babah Dua sambil mendengarkan penjelasan dari
dosen pembimbing.
iii.
Mahasiswa mulai
melakukan pengukuran kemiringan lereng dengan cara sebagai berikut:
·
Sediakan dua buah kayu pemancang, yang salah satu dari kayu tersebut ditancapkan
paku di salah satu sisinya untuk mengikat benang sebagai alat untuk melihat
keseimbangan dan kelurusan kayu tersebut.
·
Tancapkan kayu yang terdapat
paku tersebut secara vertikal diatas
bidang (permukaan pasir/lereng) yang akan diukur, sebagai titik acuan atau titik koordinat penghitungan kemiringan lereng pada
garis pantai.
·
Gantungkan benang di
paku tersebut untuk memastikan bahwa kayu benar-benar terpancang dengan lurus.
·
Selanjutnya
letakkan kayu yang satunya lagi secara horizontal dengan
cara mengikuti letak lereng.
·
Amati kemiringan kayu
tersebut kemudian hitung kemiringannya dengan menggunakan busur. Kemiringan
kayu menunjukkan kemiringan lereng.
·
Setiap lereng memiliki
kemiringan yang berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya.
·
Kemiringan lereng dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
a =
sudut kemiringan lereng
h =
tinggi lereng
x =
panjang lereng
Berikut adalah gambar pengamatan kami dari
pengukuran ke miringan lereng:
BAB III
HASIL PENELITIAN
A.
Goa
(Doline)
Setelah kami mengamati bahwa digunung Mata Ie mempunyai
goa yang berbentuk corong dan goa tersebut mempunyai kedalaman yang mencapai
16,2 cm.
Berikut gambar hasil pengamatan kami :
Gambar
: goa yang berbentuk corong (Doline)
B.
Batuan
Berikut adalah hasil pengamatan kami di babah dua :
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
simpulan yang dapat diambil dari laporan ini yaitu:
1. Bahwa
batuan di babah dua mengandung kapur dan ketinggian yang di milikinya juga
berbeda beda ini terlihat dari hasil pengukuran menggunakan meteran,dari hal
itu kita tahu bahwa adanya ketidaksamaan permukaan permukaan tanah dan lereng
di babah dua tersebut.
2. Dari
hasil yang diperoleh kami menyimpulkan bahwa batuan yang ada di daerah Babah
Dua terbentuk dari hasil pengangkatan dan batuannya berbeda-beda.
3. Dari
hasil yang diperoleh kami menyikpulkan bahwa daerah Mata Ie itu dulunya
merupakan lautan luas yang setelah berjuta- juta tahun baru terjadi tanah/
dataran.
4. Torehan air dan es adalah faktor
utama yang memperlebar zonal lemah dilapisan batu gamping, sehingga terbentuk
gua-gua. Ada banyak teori yang menjelaskan asal muasal terjadinya gua (teori
klasik), namun sekarang sudah ada teori yang menjelaskan dan diterima secara
umum. Perbedaan teori tersebut dikeluarkan oleh orang yang berasal dari kawasan
karst yang berbeda, sesuai dengan karakteristik daerah tersebut. Lihat teori
terbaru mengenai proses terlahirnya gua. Lihat juga speleogenesis.
5. Doline
yang terdapat di gunung Mata Ie merupakan salah satu contoh Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Pelarutan.
6. Bentuklahan
Asal Proses Struktural, Marin dan Angin dapat kita jumpai di kawasan Babah Dua.
Bentuklahannya berupa gunung atau bukit, tebing yang curam dan gumuk pasir atau
lereng.
7.
Kemiringan lereng yang
tersebar di daerah Babah Dua sangat bervariasi, tergantung kuatnya hembusan
angin dan material pasir yang terbawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar